Posted by: yudomahendro | August 3, 2011

Mengenal Analisis Isi (Content Analysis)

Analisis isi merupakan metode penlitian yang digunakan untuk mengetahui simpulan dari sebuah teks. Atau dengan kata lain, analisis isi merupakan metode penelitian yang ingin mengungkap gagasan penulis yang termanifestasi maupun yang laten. Oleh karenanya, secara praksis metode ini dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, seperti; menjembatani isi dari komunikasi internasional, membandingkan media atau ‘level’ dalam komunikasi, mendeteksi propaganda, menjelaskan kecendrungan dalam konten komunkasi, dan lain-lain (Weber, 1990: 9). Dengan demikian, analisis isi lebih akrab digunakan di bidang komunikasi.

Menurut Weber, pemahaman dasar dari analisis isi adalah bahwa banyak kata sesungguhnya dapat diklasifikasikan ke dalam kategori-kategori yang lebih kecil. Setiap kategori itu dibuat berdasarakan kesamaan makna kata, dan kemiripan makna kata dari setiap teks atau pembicaraan. Dengan asumsi itu, kita akan dapat mengetahui fokus dari pengarang, pembuat teks, atau pembicara dengan menghitung jumlah kategori yang ada dalam teks tersebut. Oleh karenanya untuk mengukurnya kategori-kategori itu, harus dibuat variable dari kategori tesebut dan telah memiliki keajegan makna. Sebagaimana yang kita kenal dalam metodologi kuantitatif, maka variabel yang ada harus valid dan reliabel. (Weber: 1990: )

Dalam kajian Weber, ada beberapa langkah dalam analisis isi untuk mengumpulkan data diantaranya:

  1. Menetapkan unit yang terekam, hal ini sangat penting dalam proses pengaregorian data. Dalam metode ini dapat dilakukan dengan beberapa level :
    1. Kata, yaitu mengklasifikasi masing-masing kata
    2. Paragraf, kalau sumberdaya manusia atau komputer yang tersedia terbatas, peneliti dapat mereduksinya dengan melakukan pengkodeaan berdasarakan paragraf. Namun hal ini sulit mendapatkan hasil yang reliable karena cakupannya terlalu luas.
    3. Keseluruhan teks, hal ini dilakukan dalam pengecualian ketika teks tersebut tidak terlalu banyak, seperti cerpen, headline berita, dan berita koran.
  2. Menetapkan kategori, ada dua tahap dalam menetapkan kategori. Pertama kita harus mengetahui apakah hubungannya ekslusif (spesial). Kedua, harus seberapa dekatkah hubungan antar unit dalam satu kategori.
  3. Melakukan tes coding di teks sampel. Hal ini diupayakan agar tidak ada ambiguitas dalam kategori. Tahapan ini juga digunakan untuk merevisi hal-hal yang tidak tepat dalam skema klasifikasi
  4. Menilai akurasi atau reabilitas
  5. Merefisi aturan pengkodingan

Validitas dalam analisis isi agak berbeda dengan penelitian yang lain, validitas di sini bukan bermakna hubungan antara dua variabel atau teori. Namun, validitas di sini berada di antara klasifikasi skema atau variabel yang berasal dari itu dengan interpretasi yang menghubungkan isi dengan sebab-sebabnya. Klasifikasi skema adalah upaya peneliti mengkategorikan berbagai kata yang memiliki kata yang maknanya berdekatan (atau sama). Dengan bekitu akan memudahkan data dikumpulkan dan diolah dalam analisa statistik.  Oleh karenanya, pengkategorian kata harus berdasarkan kecermatan dalam menangkap makna yang ada. (Weber, 1990: 30)

Walaupun analisis isi pada awalnya berkembang dengan metode kuantitatif. Namun, belakangan berkembang juga analisis isi yang menggunakan metode kulalitatif. Menurut Krippendorff, setidak-tidaknya ada 4 (empat) jenis analisis isi yang menggunakan pendekatan kualitatif. Pertama adalah analisis wacana (discourse analysis), secara sederhana analisis wacana mencoba memberikan pemaknaan lebih dari sekedar kata/frase atau kumpulan kata/frase yang ditulis oleh pengarang. Analisis wacana fokus pada bagaimana fenomena-fenomena partikular dimunculkan oleh pengarang teks. Salah satu penelitian yang pernah dilakukan dengan menggunkan analisis wacana adalah karya Van Dijk (1991) yang mencoba mempelajari bagaimana pers mengungkap masalah rasisme; kemunculan kaum mioritas, menjelaskan konflik antar etnis, dan mengumpulkan data tentang pemberian stereotipe (penilaian buruk kepada suatu kelompok). Selain penelitian itu juga terdapat penelitian tentang program berita dan dialog di TV Amerika Serikat yang memunculkan tetang fenomena partikular. Yaitu visi ideologi ekonomi Amerika Serikat. ( Krippendorff, 2004: 14). Dari penjelasan dan contoh yang diberikan oleh Krippendorff, kita dapat mengambil simpulan bahwa analisis wacana adalah pendekatan yang mencoba mengungkapkan nilai-nilai (values) yang berkembang dalam pemikiran si pembuat teks (dalam hal ini pers) untuk memberikan informasi atau wawasan tentang sesuatu hal yang prinsipil yang disampaikan secara tidak langsung (explicit).

Kedua adalah analisis retorika (rhetorical analysis). Analisis retorika berfokus kepada bagaimana pesan itu disampaikan serta dampak (langsung ataupun jangka panjang) yang dirasakan oleh para penerima pesan atau audiens. Peneliti yang menggunkan pendekatan ini harus mengidientifikasi elemen-elemen struktural, seperti; ungkapan, gaya argumentasi, serta gestur dsan penekanan dalam pidato. Diantara banyak penelitian analisis retorika, salah satunya adalah Kathleen Hall Jamieson’s book Packaging the Presidency (1984). Dalam buku itu dijelaskan tentang analisis retorika terhadap pidato-pidato presiden Amerika Serikat  (Krippendorff, 2004: 16). Dari penjabaran itu, kita dapat mengetahui bahwa analisis retorika berupaya untuk mencari aspek-aspek yang berpotensi untuk memengaruhi sikap audiens dari penyampaian langsung (pidato, ceramah, dll).

Ketiga adalah analisis isi etnografis (ethnographic content analysis). Analisis ini dimunculkan oleh Altheide (1987). Walaupun terkesan sangat kualitiatif-antropologis, pendekatan ini tidak menghindari cara yang bersifat kuantitatif namun malah mendukung penghitungan data dari analisis isi dengan tulisan. Pendekatan ini dikerjakan dengan deskripsi narasi memfokuskan pada situasi yang berkembang, setting/kondisi, gaya, gambar, makna, dan gagasan penting agar dikenali/dipahami oleh aktor atau pembicara secara kompleks. (Krippendorff, 2004: 17)

Keempat adalah analisis percakapan (conversation analysis). analisis ini dkerjakan diawali dengan merekam percakapan dengan setting dan tujuan yang biasa/umum. Selanjutnya hasil rekaman itu di analisa lebih dalam menjadi konstruksi kolaboratif. Analisis ini digeluti pertama akali oleh Harvey Sack (1974) yang menganalisis tentang lawakan (jokes) yang mengkonsturksi kolaborasi dari  komunikator dengan judul History 17 (Krippendorff, 2004: 17).

Walaupun kita dapat melihat bahwa analisis isi dapat terdiri dari dua pendekatan yaitu kuantitatif dan kulaitatif, namun Krippendorff menyarankan untuk tidak mendikotomikan diantara keduanya. Menurutnya, memisahkan keduanya adalah sebuah kesalahan. Secara eksplisit dan objektif penelitian ini memproses data dengan pengkodingan dan menghitungnya, cara ini popular di dalam pendekatan kuantitatif. Namun jangan lupa, kita juga menganalisis konteks yang ini merupakan tradisi kualitiatif. Dengan begitu, analisis isi adalah jenis penelitian yang dapat menggunakan  pendekatan mix-method.

Untuk lebih lanjut memahami prosedur penelitian analisis isi dengan kedua pendekatan sebagaimana dijelaskan di atas, Krippendorff memberikan gambaran mengenai tahapan-tahapan yang ada di dalam penelitian ini. Ia membuat skema penelilitan analisis isi ke dalam 6 tahapan, yaitu:

  1. Unitizing (peng-unit-an)
  2. Sampling (pe-nyamling-an)
  3. Recording/coding (perekaman/koding)
  4. Reducing (pengurangan) data atau penyederhanaan data
  5. Abductively inferring (pengambilan simpulan); bersandar kepada analisa konstuk dengan berdasar pada konteks yang dipilih
  6. Naratting (penarasian) atas jawaban dari pertanyaaan penelitian.

Unitizing, adalah upaya untuk mengambil data yang tepat dengan kepentingan penelitian yang mencakup teks, gambar, suara, dan data-data lain yang dapat diobservasi lebih lanjut. Unit adalah keseluruhan yang dianggap istimewa dan menarik oleh analis yang merupakan elemen independen. Unit adalah objek penelitian yang dapat diukur dan dinilai dengan jelas, oleh karenanya harus memilah sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah dibuat.

Sampling, adalah cara analis untuk menyederhanakan penelitian dengan membatasi observasi yang merangkum semua jenis unit yang ada. Dengan demikian terkumpullah unit-unit yang memiliki tema/karakter yang sama. Dalam pendekatan kualitatif, sampel tidak harus digambarkan dengan proyeksi statistik. Dalam perdekatan ini kutipan-kutipan serta contoh-contoh, memiliki fungsi yang sama sebagai sampel. Sampel dalam bentuk ini digunakan untuk mendukung atas pernyataan inti dari peneliti.

Recording, dalam tahap ini peneliti mencoba menjembatani jarak (gap) antara unit yang ditemukan dengan pembacanya. Perekamaan di sini dimaksudkan bahwa unit-unit dapat dimainkan/digunakan berulang ulang tanpa harus mengubah makna. Kita mengetahui bahwa setiap rentang waktu memiliki pandangan umum yang berbeda. Olehkarenanya recording berfungsi untuk menjelaskan kepada pembaca/pengguna data untuk dihantarkan kepada situasi yang berkembang pada waktu unit itu muncul dengan menggunakan penjelasan naratif dan atau gambar pendukung. Dengan demikian penjelasan atas analisis isi haruslah tahan lama dapat bertahan disetiap waktu.

Reducing, tahap ini dibutuhkan untuk penyediaan data yang effisien. Secara sederhana unit-unit yang disediakan dapat disandarkan dari tingkat frekuensinya. Dengan begitu hasil dari pengumpulan unit dapat tersedia lebih singkat, padat, dan jelas.

Inferring, tahap ini mencoba menanalisa data lebih jauh, yaitu dengan mencari makna data unit-unti yang ada. Dengan begitu, tahap ini akan menjembatanai antara sejumlah data deskriptif dengan pemaknaan, penyebab, mengarah, atau bahkan memprovokasi para audience/pengguna teks. Inferring, bukan hanya berarti deduktif atau induktif, namun mencoba mengungakap konteks yang ada dengan menggunkan konstruksi analitis (analitical construct). Konstuksi analitis befngsi untuk memberikan model hubungan antara teks dan kesimpulan yang dituju. Dengan begitu, konstuksi analitis harus menggunkan bantuan teori, konsepsi yang sudah memiliki kebasahan dalam dunia akademis.

Naratting, merupakan tahan yang terakhir. Narasi merupakan upaya untung menjawab pertanyaan penelitian. Dalam narasi biasanya juga berisi informasi-informasi penting bagi pengguna penelitian agar mereka lebih paham atau lebih lanjut dapat mengambil keputusan berdasarkan hasil penelitian yang ada.

Gambar di bawah ini adalah skema penelitian dengan menggunakan metode analisis isi. Perlu digarisbawahi bahwa pada tahapan-tahapan tertentu tidak memerlukan pengorganisasian yang linear. Karena sebagaimana kita ketahui dalam tradisi kulitatif bahwa data akan terus memunculkan dirinya tanpa pernah kita duga dan kira. Sehingga, sebagaimana gambar dibawah ini, 4 tahap awal dari penelitian analisis isi dapat pakai secara acak, sesuai dengan situasi dan kondisi yang berkembang ketika penelitian.

 

Sumber: (Krippendorff, 2004: 86)

Sumber:

Klaus Krippendorff, Content Analysis: An Introductions to its Methodology (Second Edition), California: Sage Publication, 2004.

Robert Philiph Weber, Basic Content Analysis, California: Sage Publication, 1990.


Responses

  1. I must voice my respect for your kind-heartedness in support of those individuals that actually need assistance with this one content. Your very own dedication to getting the solution all-around turned out to be incredibly interesting and has continually helped associates just like me to achieve their dreams. Your new valuable guideline signifies a lot a person like me and even further to my office workers. Regards; from all of us.

  2. I like the efforts you have put in this, regards for all the great content.

  3. I really enjoy studying on this site, it has fantastic posts .


Leave a comment

Categories